Beberapa waktu terakhir, di pasaran muncul banyak variasi dari minuman yang terbuat dari teh. Salah satunya adalah Thai tea. Sebagai bukti, nyaris di setiap sudut kota besar berdiri beragam franchise yang menawarkan minuman khas asal Negeri Gajah Putih ini.
Sayangnya, tak sedikit bisnis minuman tersebut yang kesulitan bersaing. Hingga pada akhirnya, mereka harus gulung tikar. Sebenarnya, bagaimana prospek minuman Thai tea di Indonesia?
Menurut Djoko Kurniawan, Konsultan Bisnis, Pakar Franchise dan Pelayanan Konsumen dari DK Consulting Group, prospek bisnis minuman di Tanah Air masih cukup menjanjikan.
Hanya saja, kata Djoko, bisnis minuman teh Thailand terbilang tren baru di Indonesia. Itu sebabnya, bisnis minuman ini terus menjamur. Minuman Thai tea itu tergolong minuman fesyen yang sedang tren. “Jadi tidak semua bisa hidup. Di setiap segmen pasar yang dibidik, pebisnis minuman ini ada yang bertahan, ada juga yang tidak,” katanya.
Djoko bilang, bisnis minuman yang sekadar mengikuti tren memang lazim cepat pudar. Dia mencontohkan bisnis minuman berbahan baku buah mangga berlabel mango asal Thailand yang belakangan ini mulai sulit ditemukan di pasaran. “Yang mampu bertahan itu hanya mereka yang punya konsep bisnis. Jika tidak punya konsep, maka akan sulit bersaing,” imbuhnya.
Kalau konsep awal pelaku bisnis hanya untuk mengambil keuntungan sesaat, sambung Djoko, bisnis teh Thailand layak ditekuni. Tapi, jika konsepnya untuk bisnis jangka panjang, bisnis ini sulit bertahan.
Tips Bisnis Kuliner Agar Tetap Eksis
Nah, untuk bisa eksis di bisnis ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pelaku usaha.
1. Segmen Pasar yang Tepat
Minuman teh Thailand, menurut Djoko, pangsa pasar utamanya adalah kalangan anak muda. Karena itu, pelaku usaha harus bisa mengikuti selera pasar.
Misalnya, kreatif melakukan inovasi produk dengan menciptakan varian rasa baru. Contohnya menambah topping buah yang pas dengan rasa teh.
2. Modal yang Kuat
Pengembangan bisnis juga harus didukung oleh permodalan yang kuat. Modal ini nantinya akan digunakan untuk memperkuat brand dengan memperluas jaringan pemasaran.
Djoko menyarankan, bagi pemodal kecil, jangan masuk di mal. Ada baiknya, membidik pasar di pusat-pusat keramaian lainnya dengan menerapkan harga di bawah pasaran.
Dengan begitu, pasar akan tetap merespons dengan baik, meskipun brand yang diusungnya belum terlalu popular di pasaran.
“Jika merek usahanya belum terkenal, maka harga jualnya harus lebih murah dari brand yang sudah dikenal di pasaran. Dengan cara ini, pasar bisa melihat perbedaan, terutama dari sisi harga,” imbuh Djoko.
Singkatnya, menurut Djoko, jika ingin menekuni usaha minuman, jangan hanya mengikuti tren yang sedang berkembang. Apalagi, bagi para pemain yang terjun ke bisnis teh Thailand dengan membeli lisensi franchise atau waralaba. Sebelum membeli lisensi waralaba, Djoko menyarankan untuk mempertimbangkan beberapa hal.
Salah satunya, membeli merek waralaba yang sudah terkenal. Selain itu, mencari pihak pewaralaba yang memiliki manajemen bagus.
Cara ngetes-nya itu gampang. “Datangi saja kantornya, lihat apakan dia punya kantor atau tidak. Nomor telepon kantornya tradisional atau cuma telepon seluler, dan datangi outletnya untuk memastikan seberapa banyak konsumen yang membeli produknya,” tandas Djoko.